Kamis, 28 Mei 2015
Makalah PABK Tuna Netra
Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Tunanetra
Dosen
Pengampu : Brigitta
Erlita Tri Anggadewi M.Psi.
Oleh:
Vinsensia
Daviga (131134008)
Fransiska
Anggraeni Wijayanti (131134078)
Asteria
Ciptaningtyas (131134148)
Mariyah (131134188)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tunanetra merupakan suatu kondisi tidak berfungsinya
indera penglihatan pada seseorang secara sebagian (low vision) atau
secara keseluruhan (totally blind). Hal ini dapat terjadi sebelum
lahir, saat lahir dan setelah lahir. Faktor penyebab ketunanetraan pada masa
sebelum kelahiran (pre-natal) sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan
dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan. Penyebab ketunatetraan pada masa
sejak atau setelah kelahiran (post-natal) diantaranya kerusakan pada mata atau
syaraf mata pada waktu persalinan akibat beturan benda keras.
Tujuan dari dilakukannya pendidikan untuk tunanetra
bukan dari kemampuan kognitif, melainkan untuk melatih kemandirian anak
tunanetra. Setiap tunanetra dituntut untuk dapat hidup mandiri. Mandiri di sini
berarti ia bisa mengurus segala keperluan dirinya sendiri tanpa bantuan orang
lain. Mereka harus dapat hidup mandiri supaya mereka dapat bersosialisasi dan
dapat menciptakan kehidupan yang layak seperti orang normal pada umumnya. Maka
dari itu, tunanetra harus mendapatkan pendidikan yang layak.
Oleh sebab itu, kami melakukan observasi terhadap
anak tunanetra. Observasi kami lakukan di salah satu sekolah luar biasa (SLB)
yang berada di Yogyakarta. Kami melakukan observasi untuk mengetahui bagaimana
karakteristik dan cara pendampingan anak tunanetra.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa definsi tunanetra?
2.
Bagaimana karakteristik (kognitif, fisik,
sosial/perilaku, emosi, dan motorik) tunanetra?
3.
Bagaimana pengklasifikasian / tipe-tipe tunanetra?
4.
Apa saja faktor penyebab seseorang menjadi tunanetra?
5.
Bagaimana pendampingan yang dilakukan terhadap
anak tunanetra di sekolah luar biasa?
C. Tujuan
1.
Mengetahui definisi tunanetra.
2.
Mengetahui karakteristik (kognitif, fisik,
sosial/perilaku, emosi, dan motorik) tunanetra.
3.
Mengetahui pengklasifikasian / tipe-tipe tunanetra.
4.
Mengetahui faktor penyebab seseorang menjadi tunanetra.
5.
Mengetahui pendampingan yang dilakukan terhadap anak
tunanetra di sekolah luar biasa.
BAB II
Isi
Definisi
Tunanetra
merupakan ganggguan penglihatan, baik total maupun sebagian yang menyebabkan
mata tidak bisa berfungsi sebagai indra penglihat dan saluran penerima
informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang pada umunya.
Persatuan
Tunanetra Indonesia / Pertuni (2004) mendefinisikan orang tunanetra adalah
orang yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) higga mereka
masih memiliki sisa penglihatan tetap tidak mampu meggunakan pengihatannya untk
membaca tulisan biasa berukuran 12 point dalam keadaan cahaya normal meskipun
dibantu dengan kacamata (kurang awas). Dalam hal ini, yamh dimaksud dengan 12
point adaah ukuran huruf standar pada komputer di mana pada bidang selebar satu
inci memuat 12 buah huruf. Akan tetapi, ini tidak boleh diartikan bahwa huruf dengan
ukuran 18 point, misalnya pada bidang selebar 1 inci memuat 18 huruf. Orang
tuanetra yang masih memiliki sisa penglihatan yang fungsional disebut sebagai
orang “kurang awas” atau lebih dikenal dengan sebutan “low vision”.
Karakteristik Tunanetra (kognitif, fisik, sosial/perilaku,
emosi, dan motorik)
Karakteritik
tunanetra dapat berbeda-beda tergantung pada sejak kapan anak mengalami
ketunanetraan, bagaimana tingkat ketajaman penglihatannya, berapa usianya,
serta bagaimana tingkat pendidikannya.
a. Tingkah
laku
·
Kerap
kali menggosok mata.
·
Menutup
mata sebelah atau mengerutkan mata.
·
Menelengkan
kepala atau menjulurkan kepala jika
melihat.
·
Mengalami
kesulitan dalam melihat huruf – huruf pada tulisan atau pekerjaan lain yang
memerlukan penglihatan dengan jarak dekat.
·
Kerap
kali mengedipkan mata dari biasanya dan merasa sakit matanya saat mengerjakan
pekerjaan yang memerlukan penglihatan jarak dekat.
·
Mendekatkan
buku pada matanya saat membaca.
·
Tidak
dapat melihat benda dengan jelas saat jarak benda jauh.
·
Mengerutkan
kening atau kelopak mata saat melihat.
·
Tidak
dapat meletakkan benda dengan tepat dan tidak tertarik perhatiannya pada benda
– benda yang jauh atau tugas yang memerlukan penglihatan.
·
Peka
terhadap cahaya.
·
Tidak
dapat membedakan warna.
·
Sering
menabrak benda.
·
Sering
memegangi kepala dengan aneh.
·
Sering tidak membuat tugas yang
diberikan.
b.
Fisik
o
Mata
juling.
o
Mata
merah, ada bintik – bintik pada kelopak mata atau bengkak dan berselaput.
o
Mata
meradang atau berair.
o
Gaya melihat tidak seperti biasa.
o
Sering ada bintil pada kelopak mata.
(timbilen dalam bahasa jawa)
o
Mengeluarkan nanah atau barang asing
lainnya.
o
Mata menonjol keluar.
o
Bola mata selalu berputar – putar.
c.
Keluhan
·
Mata gatal, panas, atau sakit.
·
Tidak
dapat melihat dengan jelas.
·
Merasa
sakit kepala, pusing atau mual saat bekerja dengan menggunakan penglihatan
jarak dekat.
·
Kabur
atau penglihatan dobel (rangkap).
·
Sensitif
terhadap cahaya.
d.
Motorik
Perkembangan motorik lambat karena
kondisi psikis yang kurang mendukung seperti pemahaman terhadap realitas
lingkungan, kemungkinan mengetahui adanya bahaya dan cara menghadapi
keterampilan gerak yang serba terbatas serta kurangnya keberania dalam
melakukan sesuatu.
Pengklasifikasian
Tunanetra
Secara Umum
1. Buta
(total)
Seseorang dikatakan buta atau menjadi tunanetra
(total) apabila orang tersebut sama sekali tidak mampu menerima rangsangan
cahaya dari luar.
2.
Low
Vision
Pada kelompok ini, anak masih mampu menerima
rangsangan cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika
hanya mampu membaca headline pada
surat kabar.
Klasifikasi anak
tuanetra didasarkan pada waktu terjadinya ketunanetraan, yaitu:
1.
Tunanetra sebelum dan sejak lahir
Orang yang sama sekali tidak memiliki
pengalaman penglihatan.
2.
Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil
Orang telah memiliki kesan-kesan serta
pengalaman visual tetapi belum kuat dan udah terlupakan.
3.
Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja
Mereka telah memiliki kesan-kesan
visual dan meninggalkan pengaruh mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
4.
Tunanetra pada usia dewasa
Pada umumnya, mereka yang dengan segala
kesadaran mampu melakukan latiha-latihan penyesuaian diri.
5.
Tunanetra dalam usia lanjut
Tunanetra pada golongan ini, sulit
menikuti latihan-latihan penyesuaian diri.
Klasifikasi berdasarkan tingkat
ketajaman penglihatan
a. Tunanetra
Ringan (defective Vision), yaitu mereka yang mengalami kekurangan daya
penglihatan ringan, seperti: rabun senja, juling, dan myopia. Kelompok ini
dapat mengikuti program pendidikan biasa di sekolah-sekolah umum dan dapat
menggunakan media tulisan pika ukuran 12. Kelompok ini juga masih bisa
melakukan pekerjaan yang membutuhkan penglihatan dengan baik.
b. Tunanetra
Setengah Berat (partially sighted/low vision), yaitu mereka yang
kehilangan sebagian penglihatannya. Seseorang dikatakan mempunyai penglihatan low
vision atau kurang lihat apabila ketunanetraannya berhubungan dengan
kemampuannya dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Saluran utama dalam belajar
mempergunakan penglihatan dan alat bantu baik yang direkomendasikan oleh dokter
maupun bukan. Media huruf yang dipergunakan sangat bervariasi tergantung pada
sisa penglihatan dan alat bantu yang dipergunakannya. Latihan orientasi dan
mobilitas diperlukan oleh siswa low vision untuk mempergunakan sisa
penglihatannya.
c. Tunanetra
Berat (totally blind), yaitu mereka yang sama sekali tidak dapat melihat
atau kemampuan melihatnya sangat parah, sehingga masyarakat pada umumnya
menyebut buta. Seseorang dikatakan buta apabila mempergunakan kemampuan
perabaan dan pendengaran sebagai saluran utama dalam belajar. Mereka mungkin
mempunyai sedikit persepsi cahaya atau bentuk atau sama sekali tidak dapat
melihat (buta total).
Klasifikasi
Berdasarkan Tingkat Sisa Penglihatan
a)
Buta Total (visus 0);
b)
Masih memiliki persepsi cahaya (visus 2/200 sd
5/200);
c)
Masih memiliki persepsi objek (visus 5/200 sd
10/200);
d)
Kurang lihat (visus lebih dari 10/200).
Klasifikasi berdasarkan tingkat sisa
penglihatan ini dapat digunakan untuk menentukan bentuk pelayanan pendidikan.
Faktor – faktor Penyebab
Ketunanetraan
1.
Pre-natal
(internal)
Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya
dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan, antara
lain:
a. Keturunan
Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara lain Retinitis Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan. Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama biasanyasukar melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal.
Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara lain Retinitis Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan. Penyakit ini sedikit demi sedikit menyebabkan mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama biasanyasukar melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya penglihatan periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal.
b. Pertumbuhan seorang anak dalam
kandungan.
Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhandalam kandungan dapat disebabkan oleh:
Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhandalam kandungan dapat disebabkan oleh:
·
Gangguan
waktu ibu hamil.
·
Penyakit
menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu selama pertumbuhan
janin dalam kandungan.
·
Infeksi
atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau cacar air,
dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga, jantung dan sistem susunan
saraf pusat pada janin yang sedang berkembang.
·
Infeksi
karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor. Tumor dapat terjadi
pada otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu
sendiri.
·
Kurangnya
vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada mata sehingga hilangnya
fungsi penglihatan.
2.
Post-natal
(eksternal)
Penyebab
ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau
setelah bayi lahir antara lain:
a.
Kerusakan
pada mata atau saraf mata padawaktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau
benda keras.
b.
Pada
waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe
menular pada bayi, yang pada akhirnya setelah bayi lahir mengalami sakit dan
berakibat hilangnya daya penglihatan.
c.
Mengalami
penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya:
· Xeropthalmia; yakni penyakit mata
karena kekurangan vitamin
· Trachoma; yaitu penyakit mata karena
virus chilimidezoon trachomanis.
· Catarac; yaitu penyakit mata yang
menyerang bola mata sehingga lensa mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari
luar mata menjadi putih.
· Glaucoma; yaitu penyakit mata karena
bertambahnya cairan dalam bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.
· Diabetik Retinopathy; adalah
gangguan pada retina yang disebabkan karena diabetis. Retina penuh dengan
pembuluh-pembuluhdarah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi
hingga merusak penglihatan.
· Macular Degeneration; adalah kondisi
umum yang agak baik, dimana daerah tengah dari retina secara berangsur
memburuk.Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer akan
tetapi kehilangan kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek di bagian
tengah bidang penglihatan.
· Retinopathy of prematurity; biasanya
anak yang mengalami ini karena lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih
memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur
biasanya ditempatkan pada inkubator yang berisi oksigen dengan kadar tinggi,
sehingga pada saat bayi dikeluarkan dariinkubator terjadi perubahan kadar
oksigen yang dapat menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal
dan meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering
menimbulkan kerusakan pada selaput jala (retina) dan tunanetra total.
d. Kerusakan mata yang disebabkan
terjadinya kecelakaan, seperti masuknya benda keras atau tajam, cairan kimia
yang berbahaya, kecelakaan dari kendaraan, dll.
Pendampingan Terhadap
Anak Tunanetra
Ø Menciptakan
lingkungan yang mampu merangsang perkembagan gerak tunanetra sekaligus
mengurangi keterlambatan koordinasi tangan.
Ø Pendampingan
belajar (pendidikan)
a.
Huruf Braile
Huruf Braille adalah
suatu sistem penulisan yang menggunakan titik-titik yang timbul yang mewakili
karakter tertentu. Huruf ini terdiri dari kumpulan titik yang disusun untuk
menggantikan huruf biasa. Penulisannya pun menggunakan mesin ketik khusus braile.
Namun, untuk penghitungan penyandang tunanetra dapat menggunakan sempoa.
b.
Orientasi dan Mobilitasi (OM)
Orientasi
adalah proses penggunaan indera yang masih ada untuk menentukan posisi
seseorang terhadap benda-benda penting di sekitarnya. Mobilitas adalah
kemampuan bergerak dari satu tempat ke tempat lain yang diinginkan dengan
cepat, tepat, dan aman. Orientasi dan mobilitas merupakan kemampuan bergerak
dari satu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan indera yang masih ada
atau masih berfungsi dengan cepat, tepat, aman. Cepat berarti dengan waktu yang
singkat, dapat mecapai tujuan yang diinginkan. Tetap berarti tidak salah
memilih jalan. Aman berarti dapat menggunakan rintangan dan halangan sebagai
petunjuk.
Program
latihan orientasi dan mobilitasi meliputi:
ü Jalan
dengan pendampingan orang awas
ü Jalan
mandiri
ü Latihan
bantu diri, yang meliputi:
· Latihan
di kamar mandi (mencuci pakaian, mencuci rambut, mandi, dll)
· Latihan
di ruang makan (cara makan, menghidangkan makanan, dll)
· Latihan
di kamar tidur (membersihkan dan menatanya, merapikan diri, dll)
· Latihan
di dapur (memasak, membersihkan peralatan, mencuci, dll)
· Latihan
di ruang tamu (membersihkan dan menata ruangan)
Ø
Pendampingan Klasikal
oleh guru
·
Ajak anak keliling
kelas, pastikan dia mengenal susunan perlalatan kelas yang dasar. Apabila
terjadi pemindahan susunan peralatan kelas, anak perlu diberi tahu.
·
Kenali jenis alat
bantu yang dipakai (contoh: alat pembesar, tape recorder, radio, atau mesin tik)
serta cara merawat dan menggunakannya.
·
Dorong si anak
semandiri mungkin dalam seluruh aktivitas.
·
Jangan terlalu
‘melindungi’ anak.
·
Pakai sistem “teman
baik” dalam aktivitas yang diperlukan.
·
Jangan segan untuk
meminta pertolongan dari para profesional lain bila diperlukan.
Hasil Analisis
Setelah kami melakukan pengamatan ada
kecocokan dari beberapa karakteristik anak tunanetra yang kami amati dengan
teori yang kami baca seperti suka mengedipkan mata, dan gaya melihat
tidak seperti biasa.
Observasi
Kami
telah melakukan pengamatan terhadap anak tunanetra di sekolah luar biasa (SLB).
Salah satu anak tunanetra yang kami
amati bernama AD. Di sekolah tersebut, AD sudah bersekolah selama kurang lebih
10 tahun. Saat ini, AD sudah berusia 22 tahun. AD masih duduk di bangku sekolah
dasar kelas enam. AD merupakan anak yang berkebutuhan khusus ganda. Selain
penglihatannya terganggu, kemampuan berpikir AD juga kurang (tunagrahita).
Ketika kami mencoba berkomunikasi dengan AD, AD bisa merespon apa yang kami
katakan. Tetapi terkadang apa yang kami tanyakan dengan apa yang AD jawab,
tidak sesuai. Ketika diajak berbicara, AD juga suka mengalihkan pembicaraan. AD
suka bernyanyi. Lagu kesukaan yang sering ia nyanyikan ialah lagu Koes Plus
yang berjudul Bujangan.
Selanjutnya,
kami melakukan pengamatan terhadap RK. RK merupakan anak tunanetra yang masuk
dalam klasifikasi total (buta total). RK duduk di kelas 1 SD. RK memiliki
kemampuan intelegensi yang cukup. Ketika diajari membaca oleh sang guru, RK
lebih sering menundukan kepala. RK berusaha sebisa mungkin untuk tidak
melibatkan (menghindari) kontak mata. RK belum memiliki masalah dalam belajar.
Dari hasil wawancara yang telah kami lakukan dengan guru yang mengajar di kelas
tersebut, RK merupakan anak yang tidak terlalu ‘rewel’.
BAB III
Kesimpulan
Tunanetra merupakan ganggguan
penglihatan, baik total maupun sebagian yang menyebabkan mata tidak bisa
berfungsi sebagai indra penglihat dan saluran penerima informasi dalam kegiatan
sehari-hari seperti orang pada umunya.
Karakteritik
tunanetra dapat berbeda-beda tergantung pada sejak kapan anak mengalami
ketunanetraan, bagaimana tingkat ketajaman penglihatannya, berapa usianya,
serta bagaimana tingkat pendidikannya.
Secara umum, tunanetra diklasifikasikan
menjadi 2 yaitu buta total dan low vision. Seseorang dikatakan buta atau
menjadi tunanetra (total) apabila orang tersebut sama sekali tidak mampu menerima
rangsangan cahaya dari luar. Sedangkan ada kelompok Low Vision anak masih mampu menerima rangsangan cahaya dari luar,
tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika hanya mampu membaca headline pada surat kabar.
Tunanetra dapat disebabkan oleh
Pre-natal (internal) dan Post-natal (eksternal). Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya
dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan. Penyebab
ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau
setelah bayi lahir.
Pendampingan
pendampingan untuk anak tunanetra dapat dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang mampu merangsang perkembagan gerak
tunanetra sekaligus mengurangi keterlambatan koordinasi tangan, pendampingan
belajar (pendidikan), dan pendampingan
Klasikal oleh guru.
Lembar Observasi
Anak Berkebutuhan Khusus
(Tunanetra)
Buta
total
No.
|
Nama
|
Karakteristik Fisik
|
||||||
Mata juling
|
Sering berkedip
|
Menyipitkan mata
|
Kelopak mata merah
|
Mata infeksi
|
Gerakan mata cepat
|
Mata berair
|
||
No.
|
Nama
|
Karakteristik Perilaku
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
||
Keterangan:
1.
Menutup atau melindungi mata sebelah, memiringkan
kepala atau mencondongkan kepala ke depan
2. Sukar
membaca atau dalam mengerjakan pekerjaan lain yang sangat memerlukan penggunaan
mata
3. Berkedip
lebih banyak daripada biasanya atau lekas marah apabila mengerjakan suatu
pekerjaan
4. Membawa
bukunya ke dekat mata
5. Tidak dapat
melihat benda-benda yang agak jauh
6. Menyipitkan
mata atau mengkerutkan dahi
7. Tidak
tertarik perhatiannya pada objek penglihatan atau pada tugas-tugas yang
memerlukan
8. Janggal
dalam bermain yang memerlukan kerjasama tangan dan mata
9. Menghindar
dari tugas-tugas yang memerlukan penglihatan atau memerlukan penglihatan jarak
jauh
Lembar observasi
Anak Berkebutuhan khusus
(Tunanetra)
Low vision
No.
|
Nama
|
Karakteristik
|
||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||
Keterangan :
1. Menulis dan
membaca dengan jarak yang sangat dekat
2. Hanya dapat
membaca huruf yang berukuran besar
3. Mata tampak
lain; terlihat putih di tengah mata (katarak) atau kornea (bagian bening di
depan mata)
4. Terlihat
tidak menatap lurus ke depan
5. Memicingkan
mata atau mengerutkan kening terutama di cahaya terang atau saat mencoba
melihat sesuatu
6. Lebih sulit
melihat pada malam hari daripada siang hari
7. Pernah
menjalani operasi mata dan atau memakai kacamata yang sangat tebal tetapi masih
tidak dapat melihat dengan jelas
Daftar Pustaka
Kosasih, E.
2012. Cara Bijak Memahami Anak
Berkebutuhan Khusus. Bandung: Yrama Widya.
Smith, J.
David. 2012. Konsep dan Penerapan Belajar
Sekolah Inklusif. Bandung: Nuansa Cendikia.
Somantri, T.
Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar
Biasa. Bandung: PT Refika Aditama.
Widayati, Eka. 2010. Memahami Anak Berkebutuhan Khusus.
Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama.
Tujuan
Tugas
Memahami definisi, karakteristik, tipe ABK, faktor
penyebab, dan pendampingan ABK berdasarkan hasil observasi dan kajian
literatur.
|
|
Uraian
Tugas
Objek
Garapan:
1.
Definisi
ABK yang dibahas sesuai pembagian materi kuliah.
2.
Karakteristik
ABK berdasarkan hasil observasi dan kajian literatur yang meliputi
karakteristik kognitif, fisik, sosial/perilaku, emosi, dan motorik.
3.
Tipe
ABK yang dibahas sesuai pembagian materi kuliah.
4.
Faktor
penyebab ABK yang dibahas sesuai pembagian materi kuliah.
5.
Pendampingan
ABK secara individual maupun klasikal berdasarkan hasil observasi dan kajian
literatur.
Hal
yang harus dikerjakan dan batasan-batasannya:
1.
Mencari
literatur tentang definisi, karakteristik, tipe ABK, faktor penyebab, dan
pendampingan ABK.
2.
Membuat
makalah yang berisi definisi, karakteristik, tipe ABK, faktor penyebab, dan
pendampingan ABK berdasarkan hasil observasi dan kajian literatur.
3.
Makalah
karakteristik dan pendampingan ABK disusun dengan format kertas A4; layout
kertas sisi atas dan kiri 4 cm serta kanan dan bawah 3 cm; jenis huruf Times
New Roman dan ukuran huruf 12 pt; spasi 1,5; serta panjang makalah maksimal
20 halaman. Daftar pustaka disusun sesuai pedoman penulisan daftar pustaka.
4.
Makalah
dikumpulkan pada pertemuan 4 (presentasi pertama).
Metode
atau Cara Pengerjaan Tugas:
1.
Membaca
literatur tentang definisi, karakteristik, tipe ABK, faktor penyebab, dan
pendampingan ABK (hindari blog, wordpress, Wikipedia)
2.
Membuat
kajian literatur mengenai definisi, karakteristik, tipe ABK, faktor penyebab,
dan pendampingan ABK
3.
Membuat
perbandingan hasil observasi dan wawancara dengan literatur yang dibaca
1.
Membuat
makalah presentasi secara berkelompok.
2.
Melampirkan
lembar observasi dan daftar pertanyaan wawancara.
Deskripsi
Luaran Tugas yang Dihasilkan:
Makalah
Kriteria
Penilaian
1.
Keruntutan
isi makalah
2.
Kedalaman
pembahasan definisi, karakteristik, tipe ABK, faktor penyebab, dan
pendampingan ABK
1.
Tata
tulis makalah
2.
Daftar
pustaka
|
|
Tugas
3: Presentasi Karakteristik dan Pendampingan ABK
|
|
Tujuan
Tugas
Menjelaskan definisi, karakteristik, tipe ABK, faktor
penyebab, dan pendampingan ABK berdasarkan hasil observasi dan kajian
literatur.
|
|
Uraian
Tugas
Objek
Garapan:
1.
Definisi
ABK yang dibahas sesuai pembagian materi kuliah.
2.
Karakteristik
ABK berdasarkan hasil observasi dan kajian literatur yang meliputi
karakteristik kognitif, fisik, sosial/perilaku, emosi, dan motorik.
3.
Tipe
ABK yang dibahas sesuai pembagian materi kuliah.
4.
Faktor
penyebab ABK yang dibahas sesuai pembagian materi kuliah.
5.
Pendampingan
ABK secara individual maupun klasikal berdasarkan hasil observasi dan kajian
literatur.
Hal
yang harus dikerjakan dan batasan-batasannya:
1.
Membuat
Power Point berdasarkan makalah.
2.
Power
point berisikan rangkuman
(singkat, padat, jelas) definisi, karakteristik, tipe ABK, faktor penyebab,
dan pendampingan ABK.
3.
Power
point disusun dengan kriteria background
power point dipilih yang sederhana dan sesuai materi (tidak perlu ganti
background untuk setiap halaman), ukuran huruf dipilih yang bisa terbaca dari
tempat duduk paling belakang kelas, sertakan gambar/foto/video yang mendukung
materi presentasi, dan cantumkan daftar referensi yang digunakan. Presentasi
dilakukan secara berkelompok.
4.
Waktu
presentasi setiap kelompok adalah 30 menit (termasuk video jika ada) dan 10
menit sesi tanya jawab. Peneguhan dari dosen adalah 20 menit.
5.
Mahasiswa
yang tidak presentasi membuat rangkuman presentasi.
Metode
atau Cara Pengerjaan Tugas:
1.
Diskusi
kelompok untuk memahami materi presentasi.
2.
Menjelaskan
materi presentasi sesuai pemahaman (tidak hanya membaca materi).
Deskripsi
Luaran Tugas yang Dihasilkan:
Presentasi dan ppt presentasi
Kriteria
Penilaian
1.
Isi
presentasi
2.
Penyampaian
materi
|
Langganan:
Postingan (Atom)