Kamis, 28 Mei 2015

Makalah PABK Tuna Grahita



MAKALAH PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS
TUNAGRAHITA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus dengan dosen Pengampu : Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S. Psi., M.Psi.



Disusun Oleh:
1.      Christina Nunik Puspitasari                       131134003
2.      Rahmawati Suharno                                               131134055
3.      Fransisca Any Tri Astuti                            131134095
4.      Rosaliana Wahyu Setiani Dewi                  131134189
KELAS 4A




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat pada umumnya memiliki anggapan bahwa anak berkebutuhan khusus merupakan anak-anak yang tidak memiliki kemampuan apapun. Salah satu anak berkebutuhan khusus yang tidak dikenal oleh masyarakat umum adalah tunagrahita. Tunagrahita merupakan sebuah istilah bagi mereka yang mengalami gangguan mental ataupun keterbelakangan mental khususnya dalam hal kecerdasan dan kemampuan dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak sedikit yang menganggap anak tunagrahita adalah “anak buangan”, “cacat mental”, “mental subnormal”, “bodoh”, dan “idiot”.  Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah anak “keterbelakangan mental”. Pada kenyataannya istilah itu adalah sebutan untuk anak tunagrahita.
Bagi masyarakat awam, anak cacat adalah anak yang terlahir karena kutukan bagi orang tuanya sehingga setiap orang tua yang mempunyai anak cacat (tuna) merasa malu dan menyembunyikan anak tersebut. Akan tetapi, ada pula yang berpendapat bahwa anak cacat adalah anak yang membawa keberuntungan. Masyarakat perlu lebih peduli terhadap anak-anak berkebutuhan khusus sehingga mereka akan mendapat layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya secara optimal.
Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas-jelas berada di bawah rata-rata. Disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Mereka memiliki hambatan pada dua sisi, yaitu pada sisi kemampuan intelektualnya yang berada dibawah anak pada umumnya. Anak tunagrahita memiliki kemampuan intelektual yang berada pada dua standar deviasi dibawah normal jika diukur dengan tes intelegensi dibandingkan dengan anak normal lainnya. Hambatan yang kedua anak tunagrahita dapat dilihat pada sisi prilaku adaptifnya atau kesulitan dirinya untuk mampu bertingkah laku sesuai dengan situasi yang belum dikenal sebelumnya.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini kelompok kami akan membahas mengenai pengertian tunagrahita, karakteristik tunagrahita, tipe tunagrahita, faktor penyebab tunagrahita, pendampingan yang dilakukan untuk tunagrahita dan menjelaskan hasil observasi kelompok kami saat berada di SLB.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan tunagrahita ?
2.      Bagaimanakah karakteristik anak tunagrahita ?
3.      Apa saja tipe yang terdapat pada anak tunagrahita ?
4.      Apa saja faktor penyebab tunagrahita ?
5.      Bagaimana pendampingan yang dilakukan terhadap anak tunagrahita ?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian mengenai tunagrahita.
2.      Untuk mengetahui karakteristik pada anak tunagrahita.
3.      Untuk mengetahui tipe - tipe anak  tunagrahita.
4.      Untuk mengetahui faktor penyebab anak tunagrahita.
5.      Untuk mengetahui cara pendampingan yang dapat dilakukan terhadap anak tunagrahita.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Tunagrahita
Tunagrahita merupakan salah satu bentuk gangguan pada anak dan remaja yang dapat ditemui di berbagai tempat, yaitu suatu keadaan di mana anak mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan ditunjukkan oleh kurang cakupnya mereka dalam memikirkan hal-hal yang bersifat akademik, abstrak, cenderung sulit dan berbelit-belit hampir pada segala aspek kehidupan serta mereka juga kurang memiliki kemampuan dalam menyesuaikan diri (Amin, M, 1955). Anak tunagrahita (retardasi mental) sangat membutuhkan layanan pendidikan dan bimbingan secara khusus saat meniti tugas perkembangan di dalam hidupnya.

B.     Karakteristik Tunagrahita
1.      Karakteristik tunagrahita ringan (Mumpuniarti, 2000)
a.       Karakteristik kognitif
Ø  Mempunyai IQ berkisar 50-70.
Ø  Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak, maka lebih banyak belajar dengan cara membeo (rote learning) bukan dengan pengertian.
Ø  Kemampuan berpikir rendah, lambat perhatian dan ingatannya rendah.
Ø  Masih mampu untuk menulis, membaca, menghitung.
Ø  Mengalami kesulitan dalam konsentrasi, sukar untuk diajak fokus.
Ø  Umur kecerdasannya apabila sudah dewasa sama dengan anak normal yang berusia 12 tahun.


b.      Karakteristik fisik
Ø  Anak tunagrahita ringan nampak seperti anak normal, hanya sedikit mengalami kelambatan dalam kemampuan sensomotorik.
c.       Karakteristik sosial/perilaku
Ø  Anak tunagrahita ringan mampu bergaul, menyesuaikan di lingkungan yang tidak terbatas pada keluarga saja, namun ada yang mampu mandiri dalam masyarakat, mampu melakukan pekerjaan yang sederhana dan melakukannya secara penuh sebagai orang dewasa.
d.      Karakteristik emosi
Ø  Anak tunagrahita ringan sukar berpikir abstrak dan logis, kurang memiliki kemampuan analisis, asosiasi lemah, fantasi lemah, kurang mampu mengendalikan perasaan, mudah dipengaruhi, kepribadian kurang harmonis karena tidak mampu menilai baik buruk.
Ø  Tidak mampu mendeteksi kesalahan pada dirinya, sehingga acuh tak acuh.
e.       Karakteristik motorik
Ø  Anak tunagrahita ringan mengalami kelambatan dalam kemampuan sensorimotorik.
Ø  Dalam berbicaranya banyak yang lancar, tetapi perbendaharan kata masih minim.
2.      Karakteristik tunagrahita sedang (Mumpuniarti, 2000)
a.       Karakteristik kognitif
Ø  Mempunyai IQ berkisar 30-50.
Ø  Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar menulis, membaca dan berhitung tetapi dapat dilatih dalam hal yang sederhana sekedar diperkenalkan membaca dan menulis namanya sendiri dan mengenal angka.
Ø  Rendahnya perhatian anak dalam belajar akan menghambat daya ingat. Mereka mengalami kesukaran dalam memusatkan perhatian, cepat beralih.
Ø  Kurang tangguh dalam menghadapi tugas, pelupa dan sukar mengungkapkan ingatan dan mudah bosan.
Ø  Mudah beralih perhatiannya ke hal yang dianggapnya lebih menarik dan keterbatasannya dalam kemampuan intelektualnya sehingga kemampuan dalam bidang akademik sangat bersifat sederhana.
Ø  Pada umur dewasa anak tunagrahita baru mencapai kecerdasan setaraf anak normal umur 7 tahun atau 8 tahun.
b.      Karakteristik fisik
Ø  Penampilannya menunjukkan sebagai anak terbelakang, lebih menampakkan kecacatannya.
c.       Karakteristik sosial/ perilaku
Ø  Banyak diantara anak tunagrahita sedang yang sikap sosialnya kurang baik, rasa etisnya kurang dan nampak tidak mempunyai rasa terima kasih, rasa belas kasihan dan rasa keadilan.
Ø  Masih mampu untuk mengurus, memimpin, memelihara dirinya sendiri dan bersosialisasi dengan lingkungannya, walaupun butuh proses yang lama. Contohnya mandi, makan, minum, berpakaian.
Ø  Sangat tergantung pada orang lain.
Ø  Bersikap kekanak-kanakan, sering melamun atau hiperaktif
Ø  Mampu melindungi diri dari bahaya dan dapat bekerja ringan tetapi tetap dalam pengawasan karena tanpa pengawasan akan bekerja secara asal.
d.      Karakteristik emosi
Dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaannya.
Ø  Kehidupan emosinya sangat lemah, mereka jarang sekali menghayati perasaan tanggung jawab dan hak sosialnya.
Ø  Memiliki imajinasi yang tinggi.
e.       Karakteristik motorik
Ø  Kurang mampu untuk mengkoordinasikan gerak tubuhnya.
Ø  Tangan-tangannya kaku.
3.      Karakteristik tunagrahita berat
Anak tunagrahita berat memiliki IQ di bawah 30. Anak ini sepanjang hidupnya memerlukan pertolongan dan bantuan orang lain, sehingga berpakaian, ke WC, dan sebagainya harus dibantu. Mereka tidak tahu bahaya atau tidak bahaya. Kata-kata dan ucapannya sangat sederhana. Kecerdasannya sampai setinggi anak normal yang berusia tiga tahun.

C.    Tipe Tunagrahita
Tunagrahita dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok :
1.      Anak tunagrahita mampu didik/tunagrahita ringan (IQ 50-70)
Anak tunagrahita mampu didik/tunagrahita ringan merupakan anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal.
Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik adalah :
a.       Membaca, menulis, mengeja dan berhitung
b.      Menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain
c.       Keterampilan sederhana untuk kepentingan kerja dikemudian hari.
Kesimpulan : anak tunagrahita mampu didik berarti anak tunagrahita yang dapat dididik secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan.
2.      Anak tunagrahita mampu latih/tunagrahita sedang (imbecil, IQ 30-50)
Anak tunagrahita mampu latih/tunagrahita sedang merupakan anak tunagrahita yang memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti program yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik.
Kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang perlu diberdayakan yaitu :
a.       Belajar mengurus diri sendiri (makan, pakaian, tidur, mandi sendiri)
b.      Belajar menyesuaikan dilingkungan rumah atau sekitarnya
c.       Mempelajari kegunaan ekonomi dirumah, dibengkel kerja (sheltered workshop) dan dilembaga khusus
Kesimpulan : anak tunagrahita mampu latih berarti anak tunagrahita hanya dapat dilatih untuk mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari (activity daily living), serta melakukan fungsi sosial kemasyarakatan menurut kemampuannya.
3.      Anak tunagrahita mampu rawat (idiot, IQ <30)
Anak tunagrahita mampu rawat merupakan anak tunagrahitta yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri  atau sosialisasi. Selain itu anak tunagrahita mampu rawat adalah anak tunagrahita yang membutuhkan perawatan sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain.

D.    Faktor Penyebab Tunagrahita
Mengenai faktor penyebab ketunagrahitaan para ahli sudah berusaha membaginya menjadi beberapa kelompok. Ada yang membaginya menjadi dua gugus, yaitu indogen dan eksogen. Ada juga yang membaginya berdasarkan waktu terjadinya penyebab, disusun secara kronologis sebagai berikut faktor-faktor yang terjadi sebelum anak lahir (prenatal), faktor-faktor yang terjadi ketika anak lahir (natal), dan faktor-faktor yang terjadi setelah anak dilahirkan (pos natal).
1.      Penyebab terjadinya anak tunagrahita menurut Kirk (1970)
a.       Faktor endogen (faktor yang dibawa sejak lahir) yaitu faktor ketidaksempurnaan psikoniologis dalam memindahkan gen.
b.      Faktor eksogen yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan patalogis dari perkembangan normal seperti mengalami penyakit atau keadaan lainnya.
2.      Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan, penyebab ketunagrahitaan menurut Devenportb dapat dirinci melalui jenjang :
a.       Kelainan atau keturunan yang timbul pada benih plasma.
b.      Kelainan atau ketunaan yang dihasilkan selama penyuburan telur.
c.       Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan dengan implantasi.
d.      Kelainan atau ketunaan yang dikaitkan yang timbul dalam embrio.
e.       Kelainan atau keturunan yang timbul dari luka saat kelahiran.
f.          Kelainan atau keturunan yang timbul dalam janin.
g.      Kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa kanak-kanak..
3.      Menurut penyelidikan para ahli (tunagrahita) dapat terjadi :
a.       Prenatal (sebelum lahir)
Yaitu terjadi pada waktu bayi masih ada dalam kandungan, penyebabnya seperti : campak, diabetes, cacar, virus tokso, juga ibu hamil yang kekurangan gizi, pemakai obat-obatan (naza) dan juga perokok berat.
b.      Natal (waktu lahir)
Proses melahirkan yang sudah terlalu lama dapat mengakibatkan kekurangan oksigen pada bayi, juga tulang panggul ibu yang terlalu kecil dapat menyebabkan otak terjepit dan menimbulkan pendarahan pada otak (anoxia), juga proses melahirkan yang menggunakan alat bantu (penjepit, tang).
c.       Pos Natal (sesudah lahir)
Pertumbuhan bayi yang kurang baik seperti gizi buruk, busung lapar, demam tinggi yang disertai kejang-kejang, kecelakaan, radang selaput otak (meningitis) dapat menyebabkan seorang anak menjadi ketunaan (tunagrahita).

E.     Pendampingan Tunagrahita secara individual maupun klasikal
1.      Rekomendasi untuk Sekolah
Berperan aktif dalam meningkatkan kualifikasi guru untuk menangani anak berkebutuhan khusus dan memfasilitasi layanan pendidikan khusus.
2.      Rekomendasi untuk Guru
a.       Guru di sekolah inklusif diharapkan lebih sedikit banyaknya memahami konsep anak berkebutuhan khusus dan dapat membekali diri melalui pelatihan-pelatihan mengenai pendidikan inklusi dan konsep ABK, dengan memahami hal tersebut diharapkan mempermudah guru untuk memberikan pelayanan terhadap ABK sesuai dengan kebutuhan dan hambatannya, khususnya siswa dengan tunagrahita.
b.      Sebagai bahan evaluasi untuk guru khususnya, guru di sekolah inklusi agar termotivasi untuk meningkatkan pelayanan pendidikan yang baik dan sesuai bagi ABK, khususnya anak tunagrahita yang ada di sekolah-sekolah inklusi.
3.      Rekomendasi untuk Orang Tua
a.       Orang tua ABK bersikap respontif terhadap pendidikan dan perkembangan anak agar terciptanya perubahan dalam diri anak melalui program-program sekoalh inklusi.
b.      Adanya wadah/forum bagi perkumpulan orang tua ABK di sekolah inklusi untuk berkerja sama dalam upaya mendidik anaknya dan mengevaluasi kinerja guru mengenai pelayanan anak tunagrahita di sekolah.
Pencegahan supaya anak tidak mengalami tunagrahita:
a.       Pencegahan primer
Dilakukan untuk meningkatkan kesehatan calon anak yaitu dengan imunisasi bagi anak dan ibu sebelum kehamilan, konseling perkawinan, pemeriksaan kehamilan rutin, nutrisi yang baik, persalinan oleh tenaga kesehatan, memperbaiki sanitasi dan gizi keluarga, pendidikan kesehatan mengenai pola hidup sehat dan program pengentasan kemiskinan.
b.      Pencegahan sekunder
Dilakukan deteksi dini pada anak-anak yang mengalami kesulitan sekolah sehingga tindakan yang tepat segera diberikan, dengan cara konseling individu dengan program pembimbing sekolah dan layanan intervensi krisis bagi keluarga yang mengalami stress.
c.       Pencegahan tersier
Dilakukan dengan memberikan informasi berupa pendidikan kesehatan kepada orang tua dan anak mengenai masalah kesehatan yang terjadi berulang kali dengan penekanan pada kebutuhan gizi, kebersihan gigi, kebersihan tubuh, bahaya alkohol, narkotik, dan zat adiktif serta merokok.
Pelatihan untuk Tunagrahita
1.      Occuppasional terapy ( terapi gerak)
      Terapi ini diberikan kepada anak tuna grahita untuk melatih gerak
      fungsional anggota tubuh gerak kasar atau halus.
2. Play terapi (terapi bermain)
      Terapi yang diberikan kepada anak tuna grahita dengan cara
      bermain, misalnya : memberikan pelajaran tentang hitungan, anak
      diajarkan tentang tata cara sosial drama , bermain jual beli.
3. Aktivity daily living (ADL) atau kemampuan merawat diri
Untuk memandirikan anak tuna grahita, mereka harus diberikan pengetahuan dan ketrampilan tentang kegiatan kehidupan sehari-hari (ADL) agar mereka dapat merawat diri sendiri tanpa bantuan orang lain dan tidak tergantung kepada orang lain.
4. Lives kill , keterampilan hidup
Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di bawah rata-rata biasanya tidak diharapkan bekerja sebagai administrator. Bagi anak tuna grahita yang memiliki IQ di bawah rata-rata mereka juga diharapkan untuk dapat hidup mandiri. Oleh karena itu,  untuk bekal hidup mereka diberikan pendidikan keterampilan. Dengan ketrampilan yang dimilikinya, mereka dapat hidup di lingkungan keluarga dan masyarakat serta dapat bersaing di dunia industri dan usaha.
5. Fokastional terapy (terapy bekerja)
Selain diberikan latihan ketrampilan anak tuna grahita juga diberikan latihan kerja. Dengan bekal latihan yang telah dimilikinya, anak tuna grahita diharapkan dapat bekerja.


BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan makalah yang sudah dibuat oleh kelompok kami, dapat disimpulkan bahwa anak tuna grahita adalah anak yang mempunyai tingkat intelegensi rendah di bawah rata-rata yaitu berkisar antara 30-70 dan terbagi menjadi 3 tipe yaitu tipe tuna grahita ringan (50-70), tuna grahita sedang (30-50), dan tuna grahita berat (<30).  Oleh sebab itu, kemampuan berpikir mereka sangat lambat dan kurang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Setiap tipe memiliki karakteristik masing-masing yang dapat dilihat dari aspek kognitif, fisik, sosial/perilaku, emosi, dan motorik. Faktor penyebabnya dapat berasal dari keturunan dan gangguan pada saat sebelum kelahiran, proses kelahiran, dan sesudah kelahiran. Pendampingannya dapat dilakukan oleh pihak sekolah, guru, dan orangtua. Pelatihan untuk anak tuna grahita dapat dilakukan dengan berbagai terapi.




DAFTAR REFERENSI

Amin, M. (1955). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan.
Delphie, P. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (dalam Setting
Pendidikan Inklusi). Bandung: PT. Refika Aditama.
Mumpuniarti. (2000). Penanganan Anak Tunagrahita (Kajian dari segi
pendidikan Sosial Psikologi dan Tindak Lanjut Usia Dewasa).
Yogyakarta: UNY.






















HASIL OBSERVASI DAN WAWANCARA

Kami melaksanakan observasi dan wawancara di SLB B yang terletak di jalan wates pada tanggal 21 dan 23 Februari 2015. Pada tanggal 21 Februari 2015 kami mengobservasi anak tuna grahita ringan dan melakukan wawancara dengan Ibu dengan inisial R. Beliau adalah guru kelas 4 tuna grahita ringan. Ibu R mengatakan bahwa pada dasarnya anak-anak fisiknya normal tetapi intelegensinya rendah. Mereka dapat membaca dan menulis dengan lancar walaupun ada beberapa yang belum terlalu lancar. Mereka juga dapat berinteraksi baik dengan teman dan lingkungannya. Salah satu yang membedakan dengan anak normal lainnya yaitu terletak pada perilaku. Anak tuna grahita ringan cenderung ngeyel dan kurang bisa mengontrol perilaku dan emosinya. Ketika diajak berbicara mereka hanya “plonga plongo”, raut matanya tidak bisa fokus dan jawabannya cenderung “nyleneh”. Mereka hanya asal berbicara dan terkadang acuh tak acuh. Dalam mengikuti pembelajaran mereka cenderung kurang berkonsentrasi. Bu R mengatakan bahwa pendampingannya harus tegas tetapi tidak memakai kekerasan fisik. Untuk penyampaian materi sama dengan sekolah umum hanya saja lebih disederhanakan, misalnya untuk kelas 4 SD materi yang diberikan setara dengan materi kelas 2 SD pada sekolah umum.
Pada tanggal 23 Februari 2015 kami melanjutkan observasi dan wawancara di kelas tuna grahita sedang. Kami melakukan observasi di kelas 3 dan 6 serta mewawancarai Ibu S selaku guru kelas 3 dan Ibu T selaku guru kelas 6. Dari hasil observasi dan wawancara dapat disimpulkan bahwa ciri khas yang tampak pada anak tuna grahita sedang yaitu rata-rata mereka adalah mongoloid. Ciri tersebut dapat dilihat dari bentuk muka yang hampir sama antara anak satu dengan anak yang lainnya. Anak tuna grahita sedang cenderung kurang bisa berkonsentrasi, perhatiannya cepat beralih, mudah bosan dan cukup sulit untuk diajak komunikasi. Mereka membutuhkan bantuan orang lain dalam melakukan beberapa hal, seperti menggosok gigi dan pergi ke toilet. Terkadang mereka sulit untuk mengontrol emosinya dan susah dikendalikan. Mereka juga mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, dan berhitung. Mereka cukup sulit untuk diarahkan dan diberi instruksi sehingga guru harus mengulang-ulang kata/perintah yang sama sampai akhirnya anak tersebut mengerti apa yang dimaksud oleh guru. Untuk kelas 3 SD materi yang diajarkan setara dengan materi untuk anak TK dan untuk kelas 6 SD setara dengan SD kelas rendah di sekolah umum. Untuk anak tuna grahita berat memang tidak ada di sekolah tersebut. Ibu T mengatakan bahwa mereka ada di panti X yang berada di daerah Jogja. Anak tuna grahita berat sangat membutuhkan bantuan dari orang lain dan tidak dapat melakukan aktivitas/kegiatan sendiri. Ia tidak mampu mengurus diri sendiri dan sulit bersosialisasi sehingga membutuhkan perawatan di sepanjang hidupnya.




















LAMPIRAN

1.      Lembar Observasi
A.    Identitas
1.      Kelas               : …………………….
2.      Hari/tanggal    : …………………….
3.      Nama guru      : …………………….
4.      Sekolah           : …………………….
5.      Materi              : …………………….
B.     Petunjuk Pengisian
Berilah turus (I) pada kolom turus dan jumlahkan pada kolom jumlah pada tabel sebagai berikut :
NO
Pernyataan
Turus
Jumlah
1
Memiliki kecacatan fisik yang sama antara orang yang satu dengan orang lainnya


2
Memiliki fisik seperti anak pada umumnya


3
Memiliki kemampuan menulis, membaca, menghitung yang baik


4
Sukar dalam menulis, membaca, menghitung


5
Mampu berbicara dengan lancar


6
Memiliki kepedulian terhadap teman


7
Memiliki imajinasi terhadap sesuatu


8
Menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh guru


9
Konsentrasi selama pembelajaran


10
Menyebutkan kembali materi yang sudah dipelajari






2.      Daftar Pertanyaan Wawancara
a.       Identitas Guru
ü  Nama Guru
ü  Tempat mengajar
ü  Mengajar di kelas berapa
ü  Lama mengajar …. tahun
b.      Menurut Ibu/Bapak, apa pengertian dari tunagrahita?
c.       Menurut Ibu/Bapak, tunagrahita ada berapa tipe/macam? Apa saja tipe-tipe yang terdapat dalam tunagrahita?
d.      Menurut Ibu/Bapak, bagaimana karakteristik untuk setiap tipe anak-anak tunagrahita? Apakah ada perbedaan di setiap tipe anak tunagrahita?
e.       Apakah pelajaran yang diajarkan untuk setiap tipe anak tunagrahita itu berbeda?
f.       Apakah pelajaran yang disampaikan ke anak tunagrahita itu menggunakan pedoman dari pemerintah?
g.      Bagaimana cara ibu/bapak untuk menilai kemampuan setiap anak tunagrahita? Lalu seperti apa bentuk penilaiannya?
h.      Menurut Ibu/Bapak, apa penyebab yang dapat melatarbelakangi terdapatnya anak tunagrahita ini?
i.        Bagaimana cara Ibu/Bapak mendampingi mereka di kelas, baik secara individu atau klasikal?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar